Makam Mbah Raden Sunaryo, Senopati Sunan Giri

A
lkisah diceritakan sesepuh desa pada pertengahan abad ke-19 jaman penjajahan belanda, di areal makam Mbah Sunaryo yang sekarang komplek Masjid Nurul Jannah Petrokimia adalah sebuah perkampungan desa Ngipik pindahan dari desa Ngipik kulon. Pada suatu hari selepas maghrib menjelang isyak, seorang sesepuh desa bernama Mbah Wiro Seger kemasukan roh dari alam lain hingga berlaku nyeleneh. Menyuruh warga untuk menyalakan lampu jalan dan menggelar tikar ditengah perkampungan. Setelah warga hadir ditempat itu, beliau Mbah Wiro Seger tidak dapat mengendalikan dirinya hingga beliau bergulung-gulung diatas tikar tersebut. Kemudian roh dalam badan Mbah Wiro Seger memperkenalkan diri : "SUN ARYO RADEN TEKO MEDURO" artinya Saya Aryo Raden Dari Madura.
dan seterusnya berkata bahwa orang tuanya adalah seorang yang dimakamkan di perempatan Gaden Gresik. Istrinya bernama Putri Jaileko dari Giri Kedaton. Mempunyai 2 anak bernama Putri Presmis dan Raden Fatikal. Beliau seorang Senopati Sunan Giri. Setelah itu warga ditunjukkan ke sebuah semak belukar tidak jauh dari perkampungan, bahwa disitu ada sebuah makam supaya dirawat.
Pagi harinya warga membersihkan semak -semak tersebut, terdapatlah sebuah makam yang sudah ditumbuhi akar - akar pepohonan. Setelah dibersihkan makam tersebut oleh warga diberikan nama makam Mbah Raden Sunaryo (Mbah Aryo)

-Lahumul fatihah....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makam Syech Asyari, Santri Sunan Ampel

Sejarah singkat Makam Patih Barat Ketigo

Sejarah singkat Mbah Raden Sunaryo (Mbah Aryo Susuli)