Sejarah singkat Makam Patih Barat Ketigo

Dahulu ada seorang patih dari Kerajaan Mojopahit yang bernama Patih Gajah Mada, menurut cerita Patih Gajah Mada diperintahkan oleh Sang Prabu Hayamwuruk untuk menjemput anaknya yang bernama Pangeran Sudimoro yang belajar agama Islam di Kasunanan Bejagung, berangkatlah Patih Gajah Mada untuk menjemput pangeran Sudimoro, akan tetapi pangeran Sudimoro menolak dan ingin tetap mempelalajari ilmu agama Islam dengan meminta bantuan kepada Sunan Bejagung. Selanjutny Sunan Bejagung menggaret tanah disekitar kasunanan, para tentara Majapahit tidak bisa menembus dan membawa pangeran Sudimoro kembali ke kerajaan, semua pasukan gajah dijadikan batu oleh  Sunan Bejagung.

Setelah gajah-gajah dari Majapahit menjadi batu, semua pasukan kembali dan melapor kepada Sang Prabu Hayamwuruk, kemudian sang prabu memerintahkan Patih Gajah Mada yang terkenal dengan ilmu Barat Ketigo untuk meneliti dan mencoba kesaktian Sunan Bejagung.

Berangkatlah Patih Gajah Mada tanpa bala tentara, ia menyamar dan menggunakan nama Barat Ketigo. Ia mengaduk air laut Tuban sampai keruh dan berpura-pura mencari ikan dodok untuk adiknya yang sedang hamil, setelah diketahui oleh sunan Bejagung, maka diperintahkanlah Barat Ketigo untuk mengambil lontar dan daun waru.

Setelah itu Sunan Bejagung membuat timba/tempayan dan kemudian diisi air serta memasukkan daun waru kedalamnya. Seketika itu daun waru berubah menjadi ikan dodok. Merasa penasaran Barat Ketigo ingin menguji lagi kesaktian Sunan Bejagung, ia menggoyangkan dan merontokkan seluruh buah pohon kelapa dan buah kelapa berjatuhan semua, sunan Bejagung pun memberi nasehat dan cara mengambil buah kelapa yang benar.

Akhirnya direbahkanlah pohon kelapa dengan sebuah cangkul, setelah Barat Ketigo mengambil buah kelapa tersebut, dilepaskanlah cangkul dari pohon kelapa, dan pohon kelapa tersebut kembali tegak berdiri. Dari sinilah kekaguman dari Barat Ketigo muncul akan kesaktian Sunan Bejagung.

Karena belum puas adu kesaktian akhirnya Barat Ketigo meminum semua air kelapa dan berpura-pura masih haus, Sunan Bejagung pun mengambil buah maja dan diberikan kepada Barat Ketigo untuk meminumnya, setelah diminum air yang ada di dalam buah maja tersebut tak kunjung habis hingga Barat Ketigo Kekenyangan pun tak habis-habis.

Akhirnya barat ketigo mengaku kalah dan menyatakan menjadi santri Kanjeng Sunan Bejagung hingga ia meninggal dunia.

Setelah barat ketigo meninggal dunia ia di makamkan di perbatasan prunggahan wetan dan bejagung yang sampai sekarang disebut Makam Panjang atau Makam Patih Barat Ketigo.

Wallahu A'lam Bishawab

Sumber Desa Prunggahan



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makam Syech Asyari, Santri Sunan Ampel

Sejarah singkat Mbah Raden Sunaryo (Mbah Aryo Susuli)